Kamis, 05 Februari 2009

The Love Comes True...

“Hi Gwen….” Sapa Steve. “Ohh… eh.. Hi” balas Gwen terkejut, bukan hanya karena kamunculan Steve yang memang tiba-tiba tapi karena Steve yang muncul. Stevbe termasuk siswa populer di sekolah. Rambutnya cokelat kekuningan dengan tubuh atletis seperti pemain basket. Sangat sempurna.

“Maaf kalau aku mengejutkanmu, aku lihat tadi kau tampak kebingungan.” Ujarnya dengan wajah menyesal. “Eh, tidak apa-apa Steve. Tadi aku sedang mencari lembaran tugas matematika ku, sepertinya tercecer.” Gwen berusaha menjelaskan setenang mungkin walaupun dalam hati ia merasa gugup. Maklum saja, selama ini Gwen memang tertaarik pada Steve. Ia tidak menyangka bahwa Steve akan menyapanya karena biasanya Steve hanya mau berbicara pada wanita-wanita cantik bergaya ala Paris Hilton.

Bukannya Gwen tidak cantik, malah dia bisa dibilang sangat cantik dan cukup stylish, hanya saja ia pemalu. Jadi ia sedikit mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan oang lain termasuk laki-laki apalagi jika laki-laki tersebut adalah Steve.

“Jadi begitu, boleh aku bantu mencarinya?” Steve menawarkan diri membuat Gwen semakin meleleh. “Tidak, tidak usah Steve. Aku tidak mau merepotkan.” Tolak Gwen basa-basi, jelas sekali ia sebenarnya ingin Steve membantunya supaya Gwen bisa lebih lama lagi bersama Steve.

“Tidak apa-apa Gwen, aku akan dengan senang hati membantu.” Ucapnya tulus diserta senyuman yang membuat jantung Gwen hampir melompat dari tempatnya.

“Benarkah? Baiklah kalau begitu. Mungkin akan lebih baik bila ada yang membantuku.” Gwen menyetujuinya. “Benar sekali. Lalu dimana terakhir kali kau meletakannya?” Tanya Steve. Gwen diam sejenak berusaha mengingat-ingat. “Umm… Aku rasa aku meletakannya di bawah buku ini.” Jawab Gwen kurang yakin sambil menunjuk ke salah satu buku di dalam loker.

Steve langsung mengambil buku tersebut, membolak-balik lembarannya namun ia tidak menemukan apa-apa, ia juga mencari dibagian lain loker Gwen sementara Gwen mencari dalam tasnya. Setelah lumayan lama mencari akhirnya “Ini dia Gwen, rupanya terselip di bawah baju olahragamu.” Steve memberikan lembaran tersebut pada Gwen.

“Wah, bodoh sekali aku tidak mencarinya disitu. Terima kasih Steve!” Ucap Gwen sumringah.

“Ia, sama-sama.” Balas Steve. Gwen hanya tersenyum, ia tidak tahu harus berkata apa lagi. “Mm.. So… Apa kau sudah makan siang?” Tanya Steve mengejutkan Gwen.

“Ha? Eh.. belum, kenapa?” “Bagaimana kalau kita makan siang bersama?” Ajak Steve. Gwen tersipu, ia terlalu senang mendengar ajakan tersebut hingga tidak menjawabnya. Steve mengira Gwen akan menolak ajakannya.

“Ah.. Anggap saja ini ucapan terima kasih karena aku telah membantumu mencarikan lembaran tugasmu tadi. Jadi, kau harus mentraktirku!” Jelas Steve lalu tersenyum.

Gwen tertawa kecil “Aku sudah menduga. Baiklah, ayo kita pergi” Ajak Gwen.

Mereka pun pergi ke restoran yang tidak jauh dari sekolah mereka. Sepanjang perjalanan mereka berbicara banyak. Namun justru Gwen yang pemalu lah yang banyak menceritakan tentang dirinya, mungkin karena ternyat Steve orang yang sangat menyenangkan sehingga mampu membuat Gwen merasa nyaman.

“Jadi kau berpikiran bahwa Rob dan Katy saling menyukai?” tanya Steve sambil menyantap makan siangnya ketika mereka membahas tentang teman-teman Gwen.

“Yea… Aku yakin sekali terutama Katy, dia telihat sangat tertarik pada Rob. Lagipula mereka terlihat serasi.”

“hmm… Sepertinya kau dekat sekali dengan Gwen?” tebak Steve.

“Ya, aku sangat percaya padanya. Bahkan aku telah mengangkatnya menjadi saudari kembarku sendiri.” Jawab Gwen sambil tertawa.

“Wahh.. beruntung sekali dia kau angkat menjadi saudari kembarmu, kau kan sangat cantik.” Puji Steve dan tentu saja ini membuat semburat merah di pipi Gwen semakin jelas.

“Kau ini bisa saja….”

“Aku serius Gwen!” Ucap Steve membuat semburat tersebut jauh lebih merah karena malu. ‘Sangat memalukan’ pikir Gwen dalam hati.

“Ah.. Terima kasih! Lalu, bagaimana dengan Brunett?” Tanya Gwen mengalihkan pembicaraan. “Aku rasa dia baik.” Jawab Steve santai.

“Aku rasa?”

“Aku sudah putus dengan Brunett jadi aku tidak tahu pasti bagaimana kabarnya.” Jelas Steve. Gwen sangat senang mendengarnya tapi ia tetap penasaran “benarkah? Aku tidak tahu. Bagaimana bisa?”

“Entahlah, mungkin karena dia bosan padaku.” Jawab Steve dengan gaya santainya. Sepertinya ia memang tida terlalu peduli.

“Oh. Sepertinya kau tidak sedih.”

“Memang. Untuk apa bersedih? Aku juga merasa dia bukan orang yang tepat untukku. Dia hanya suka ketika kami berjalan bersama, orang lain menatap kamu dengan tatapan iri.”

“Jadi maksudmu ia haus dengan kepopuleran?” tanya Gwen tidak terkejut. Ia sudah menyangka itu. ‘Gadis pirang bergaya bitchy, apalagi yang diinginkanya?’ pikir Gwen

“Ya begitulah..” Gwen terdiam sejenak, berpikir bahwa ternyata Steve tidak seburuk orang-orang pikir. Selama ini semua orang berpikir bahwa Steve playboy hingga mematahkan hati banyak wanita supaya ia dianggap keren oleh teman-temannya tapi nyatanya dia hanya ingin mencari seseorang yang tepat untukknya.

“Gwen… ayo kita pergi!” Ajak Steve sambil menepuk pelan punggung tangan Gwen. “eh, ia, aku bayar ini dulu” kata Gwen, ia merasa malu karena tertangkap basah sedang melamun.

“Tidak perlu, aku sudah membayarnya!” Cegah Steve ketika Gwen hendak memanggil pelayan.

“Kau? Bukankah aku yang mentraktirmu?”

“Memang. Tapi setelah berbicara banyak denganmu aku merasa senang. Jadi aku pikir sepertinya lenih adil bila aku yang mentraktirmu.”

Penjelasan tersebut membuat Gwen melayang. Ia benar-benar tidak menyangka. Ia bahkan sempat berpikir kalau Steve akan bosan mengobrol dengannya. Mereka pun pergi, Steve mengantarkan Gwen sampai ke depan rumahnya lalu pulang tanpa mampir dulu karena memang sudah terlalu sore.

Sesampainnya di rumah, Gwen terus-terusan memikirkan makan siangnya yang indah bersama Steve. Ia jadi sangat tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Steve di sekolah besok.

Bel pintu berbunyi, Gwen bergegas membuka pintu. Ia mendapati Rob berdiri disana “Hi Rob, ada apa?” tanya Gwen heran. Rob mundur selangkah dan memberikan sebuket mawar putih sambil berkata “I Love You, Gwen!”

2 komentar:

  1. Bingung uy, ribet bgt bcya. hehehehehe. ntr lo ada cerita yng menyedihkan, dramatis, mengharukan. aku di kabari ya.
    tukeran link yuk :
    http://sabdapangeran.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. heyy..heyy..numpang buang link :D

    BalasHapus

Hey...
Commentnya jangan luppa yaa.

:)