Minggu, 25 Januari 2009

Are we think about party?

"Well... Sebenarnya aku hanya kurang tidur. Semalam Leon mengajakku ke pesta ulang tahun temannya."
"Oh, untunglah. Aku pikir sesuatu terjadi padamu." Ucap Chloe lega.
"lalu bagaimana pestanya? Apakah menyenangkan?"
"Tentu saja. Dj Felix hadir disana, and you know, he's totally awesome. Aku sampai tidak bisa berhenti bergoyang." Taylor terdengar mulai bersemangat.
"Apa? Felix? Oh my god.. Aku benar-benar ingin melihatnya secara langsung. Apa dia lebih keren?" Chloe yang memang pecinta party tak kalah bersemangat. "Yeaa..Dia sangat sangat keren. Sabtu ini dia akan menjadi bintang tamu di Stardubs. Aku pikir kalian semua tidak akan melewatkannya, bukan?"
"Are you serious? Tentu saja aku datang, Aku tidak akan melewatkannya!" Chloe sangat antusias dengan ajakan tersebun begitu juga yang lain walaupun tak seantusias Chloe.

Mereka pun berbicara panjang lebar tentang acara weekend tersebut. Rob menawarkan diri untuk menjemput Katy dan tentu saja Katy menyetujuinya. Sementara Taylor akan pergi bersama Leon, kekasihnya sejak 2 bulan lalu. Gwen dan Chloe sudah pasti tidak membutuhkan pasangan, karena mereka yakin akan ada bnanyak laki-laki yang menginginkan mereka.
"
Hahahaha...... Jadi kamu pikir dia akan mengajakmu ke lantai dansa nanti?" tanya Rob tidak percaya. Gwen terlihat sedikit kesal dengan pertanyaan Rob "Tentu, tidak mungkin ada laki-laki yang mau melewatkan untuk bisa berdansa denganku!"
"Oke, mungkin Steve tidak akan melewatkannya, tapi aku sudah pasti tidak akan mengajakmu berdansa." Suara Rob terdengar sangat yakin.
"Oh tentu saja kau akan melewatkannya, kau kan tidak suka wanita." Ejek Katy disertai tawa teman-temannya
"That's stupid, Kate! Bukan itu maksudku. Hanya saja tidak pernah terpikirkan olehku. Entahlah, mungkin karena aku terlalu sering melihat Gwen. Lagipula jika aku tidak menyukai wanita, lantas kau ini apa, Kate?"
Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Rob membuat Katy sedikit terkejut terutama kalimat terakhir. Entah apa maksud kata-kata itu. Namun perhatian Katy teralihkan ketika Gwen berkata
"Jadi, kau pikir aku ini terlalu membosankan untuk dilihat? Ouchhhh... Itu sangat menyakitkan Rob!" dengan nada sedih dan wajah tertunduk dan tentu saja tidak serius.
Mereka hanya tertawa melihat tingkah laju Gwen yang seperti anak kecil yang tidak dibelikan es krim oleh ibunya.
Tak lama kemudian Katy dan Rob pergi untuk menghadiri kelas mereka. Kebetulan kelas mereka sama hari ini. Sedangkan Gwen dan yang lain mengahdiri kelas yang berbeda,

***

"Pssst.............." Rob menyenggol Katy sewaktu Mr. Borowski sedang menjelaskan. "What?!" Tanya Katy. Rob tidak menjawab, bahkan tidak menoleh sedikitpun seolah-olah bukan dia yang memanggil Katy.
"Katee...." bisik Rob dari belakang. Katy hanya menoleh dan lagi-lagi melihat rob acuh tak acuh.
"Katy... ini penting sekali" bisik Rob sekali lagi sambil membuat ketukan kecil di bahu Katy,
"Whatttt?!!" Tanya katy emosi. Ia memang tidak begitu suka diganggu saat sedang dalam kelas. Bukannya sok pintar, tapi ini memang menjadi kewajibannya sebagai murid beasiswa.
Semuanya dikontrol makanya Ia harus tetap fokus, jika tidak ia akan kehilangan beasiswanya, dan tentu itu akan menyulitkannya walaupun Katy adalah seorang anak pengusaha kaya di Indonesia yang sudah pasti mampu membiayai Katy sekolah diluar negeri.
Tetapi orang tuanya tidak pernah mengizinkannya karena mereka takut Katy akan terjerumus ke hal-jal negatif. Dengan adanya beasiswa ini, orang tua Katy tidak bisa menolak kepergian Katy karena tidak bisa dipungkiri mereka sangat bangga akan kemampuan Katy.
"Tidak, hanya senang melihat wajahmu yang sedang kesal seperti itu. Sangat lucu!" Jawabnya tidak berdosa.
Katy hanya melengos mendengarnya. Ia kesal sekali jika Rob sudah muali tidak jelas seperti itu, namun saat memalingkan wajah dari Rob, Katy sempat tersenyum kecil. Entah apa maksudnya.

"Kate, tunggu aku!" Teriak Rob dari belakang.
Katy berhenti tanpa menoleh. Ia berusaha memasang wajah sedingin mungkin menunjukan bahwa dia sedang kesal pada Rob.
"Kenapa terburu-buru?" Rupanya Rob sama sekali atau berpura-pura tidak tahu kalau Katy berusaha marah padanya.
"Tidak, aku tidak terburu-buru. Ada apa?" Tanya Katy datar
"Ada apa? Pertanyaanmu konyol. Bukankah kita selalu bersama saat suka maupun duka?" Tanya Rob heran.
"Kau ini terlalu berlebihan!" Ucap katy masih berusaha keras terdengar datar.
"Aku tidak berlebihan. Saat aku senang, aku akan membaginya bersamamu. Namun saat aku sedih, aku tidak akan membaginya denganmu. Sama sekali tidak akan, tapi aku akan dengan senang hati memberi seluruh dukaku padamu, tanpa sisa sedikitpun. Dan aku tulus melakukannya!" Tentu saja bercanda karena di wajahnya tercetak jelas kalau dia sedang menggoda Katy.
"Kau ini jahat sekali." Ucap Katy, kali ini tidak berusaha terdengar datar, ia malah tersenyum. Ia sadar bahwa tidak akan mungkin bisa marah pada Rob. Mereka telah bersahabat sejak pertama kali Katy masuk sekolah. Banyak hal yang mereka bagi bersama namun tidak dengan ketiga temannya yang lain.
Bukan karena pilih kasih atu apa, mereka hanya merasa lebih aman.
Rob mengantarkan Katy pulang. Sepanjang perjalanan Katy menggandeng lengan Rob, mereka terlihat seperti pasangankekasih yang sangat serasi.
Tanpa sadar, ada sepasang mata yang memandang kearah mereka dengan tatapan tidak senang.

(wait for part 3)

Sabtu, 24 Januari 2009

Everything start from here

Perlahan Katy membuka mata, suasana biru langsung menyambut hangat. Lama dia membiarkan dirinya terbaring di tempat tidur hingga...
Cause if you jump I will jump too..
berdering keras dari hp Katy, membuatnya terkejut. Terlihat nama Rob di layarnya. "hey Kate, ready for a new day ?" Seseorang dengan suara berat dengan ramah menyapa Katy dari seberang sana. "Absolutely, I always ready." Katy membalas sapaan orang tersebut. Orang yang Katy tahu pasti bernama Rob.
"Good. Sekarang pergilah mandi dan jangan lupa sarapan"
"tentu saja, Rob."
"Well, Aku mau sarapan dulu! See ya lazy"
"see ya dirty"
tut..tutt..tut.. Telepon terputus dan Katy masih memandang Hp-nya sambil tersenyum. Sampai tanpa sadar Katy teringat kejadian 2 setengah tahun lalu, saat seseorang meneleponnya dan memintanya datang ke kantor orang tersebut. Katy sangat shocked begitu mendengar apa yang ingin orang tersebut sampaikan setibanya di kantornya.
"Selamat anda berhak atas beasiswa ini. Anda telah mengikuti test dengan baik!" Saat mendengarnya Katy merasa dirinya sedang berkhayal, bahkan ia sempat menertawai dirinya sendiri karena merasa bahwa khayalannya begitu jauh.
"Maaf.. Jadi bagaimana? Apa anda bersedia menerima beasiswa ini?" Kata-kata orang tersebut terdengar bagai petir yang selembut kapas di telinga Katy, mengejutkan namun membahagiakan.
"Jadi ini bukan sekedar khayalanku? Ini nyata?"
"Tentu saja, anda bisa melihat berkas-berkas ini!" Ucapnya disertai tawa ramah yang membuatku ingin pingsan. Bukan karena tawanya yang memang leembut tetapi lebih karena kata-kata yang meluncur dari mulutnya.

Karena kejadian itulah, Katy disini sekarang. Di Berlin, tempat yang awalnya hanya ada dalam mimpi-mimpi Katy. Tempat yang selalu menjadi tujuan utama Katy untuk mewujudkan semua mimpinya.
Dua tahun sudah Katy disini, belum ada rasa jenuh menyelimutinya. Hanya ada rasa rindu yang luar biasa kepada keluarga dan teman-temannya, tapi tentu saja itu masih bisa di atasi olehnya.
Hari ini adalah hari pertama di tahun ke 3 Katy di Freie High School im Berlin. Setelah tersadar dari lamunannya, Katy bergegas bangun dari tempat tidurnya dan bersiap untuk pergi ke kampus.
Begitu ia keluar dari apartemennya, Rob sudah berdiri disana.
Katy terkejut melihatnya "Rob, apa yang kamu lakukan disini?" "Tidak ada, aku hanya ingin menjemput tuan putriku."
"Sure, here's your princess!" Ucap Katy sambil menirukan gaya seorang putri raja dan disambut tawa kecil oleh Rob.
"Jadi, bagaimana tidurmu?" Tanyanya disela-sela perjalanan. Jalan kaki tentu saja, semua orang disini memang lebih memilih berjalan kaki daripada berkendara. Selain menyehatkan, tentu saja dapat mengurangi polusi. Berbeda sekali dengan Indonesia.
"Biasa saja, hanya teusik oleh telepon salah seorang lelaki yang kutahu pasti adalh penggemar beratku." Jawabnya dengan nada sombong yang dibuat-buat.
"Benarkah? Siapa laki-laki yang berani mengusik tidur putriku, katakan!"
Katy tertawa dan meninju pelan lengan Rob, "tentu saja orang tersebut tidak akan mengaku. Padahal jika ia mengaku, aku akan memberinya kecupan kecil"
"benarkah? Kau akan melakukannya? Kalau begitu aku akan mengusik tidurmu setiap pagi" kata Rob dengan nada antusias.
"Tentu saja. Tapi jika orang itu kau, aku rasa aku tidak akan melakukannya." Ucap Katy dengan senyum mencurigakan.
"What? Why?" Rob memasang mimik wajah kecewa.
Lagi-lagi Katy hanya tersenyum mencurigakan dan membuat Rob penasaran tetapi mereka tidak melanjutkan percakapan mereka karena tanpa sadar mereka telah tiba di kampus.
Mereka langsung menuju ke tempat teman-teman Katy yang lain berada. Dari jauh Katy melihat ada Gwen dan Chloe disana. Tentu saja mereka sedng membahas liburan lalu.

***

"Hai Kate, bagaimana liburanmu ?" Tanya chloe begitu Katy dan Rob menghampiri mereka.
"Menyenangkan dengan ditemani orang yang menyenangkan juga." Jawab Katy menggoda Rob.
Selama liburan kemarin memang hanya Rob dan Katy yang tidak ke luar kota, jadi mereka memutuskan untuk menhabisakan waktu liburan bersama. Rob nyengir mendengarnya.
"Hi all...." Taylor datang dengan wajah cemberut. Semua memperhatikan wajah Taylor yang sangat tidak biasa. Katy pun bersiap untuk bertanya namun "What's wrong Taylor?" Gwen lebih dulu bertanya.
"Well......................"

(Wait for part 2)